Tjakramedia.com, Batam – Dewan Pendidikan Kota Batam gelar Focus Group Discussion (FGD) bersama pemerhati pendidikan, komite sekolah dan sejumlah kepala sekolah yang ada di Kota Batam, Senin (22/11/2021) di Golden View Hotel Bengkong Laut Kota Batam.
FGD tersebut untuk memperkuat peradaban pendidikan dan menyamakan persepsi metode pembelajaran di tengah pandemi Covid-19, baik itu pembelajaran secara daring maupun secara luring atau tatap muka.
Dalam FGD tersebut Dewan Pendidikan Kota Batam mendatangkan narasumber yang berkopeten dan ahli dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah Prof Mukhtar Latif dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
“Kekhawatiran masyarakat terhadap karakter dan budi pekerti yang merupakan fundamental dasar yang hari ini dikhawatirkan terbuka lebarnya informasi keranah anak-anak melalui handphone yang makin canggih saat ini, makanya kita hari ini kita menyamakan persepsi,” ucap Ketua panitia pelaksana FGD, Haryanto.
Dikatakan Haryanto, pihaknya berharap bagaimana kedepannya pembelajaran di Kota Batam efektif, efisien, tepat guna dan tepat sasaran. Sehingga peradaban pendidikan makin maju dan jadi icons positif bagi masyarakat Kota Batam pada khususnya.
“Hal seperti ini akan kita lakukan berkelanjutan, yakni sesuai dengan fungsi dari dewan pendidikan sebagai lembaga pengawasan yang independen. Poin pokok dalam diskusi dalam FGD ini akan kita rekomendasikan kepada isntansi dan lembaga terkait,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof Mukhtar Latif dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi megatakan, ada beberap hal yang penting disikapi terkait pendidikan diera pandemi Covid-19 saat ini.
Diantaranya adalah, setelah sekolah lama tutup akibat pandemi, sekarang sudah mulai kembali dilakukan pembelajaran tatap muka, namun waktu pembelajaran tatap muka saat ini waktunya belum normal seperti biasa. Biasanya 6 jam sekarang hanya 2 jam saja.
Jadi yang paling strategis adalah bagaimana kepala sekolah atau pengawas menagih guru untuk menyiapkan bahan pembelajaran untuk menutupi kekurangan waktu dan kurikulum yang diwajibkan pada guru tersebut.
“Sehingga belajar secara digital tidak mesti dengan harus jaringan, namun bisa dilakukan dengan cara bahan-bahan pembelajaran itu di share kepada siswa, jadi selain pembelajaran tatap muka yang dibatasi, anak-anak bisa mencapai targetnya dengan materi yang sudah dikembangkan oleh guru,” ujar Prof Mukhtar.
Disebutkannya, jadi sekarang ini guru dituntut untuk kreatif dan inovatif untuk mengkemas bahan ajar itu untuk sejumlah tatap muka, misalnya adalah di pertengahan smester atau diakhir smester.
“Sehingga itu lah jadi bahan ajar untuk menutupi kekurangan jam pembelajaran dan kurikulum atau sumber belajar yang wajib dilaksanakan untuk pendidikan seperti pola normal. Jadi ini guna untuk menutupi kekurangan-kekurangan,” ucapnya.
Kemudian katanya, hari ini mau tidak mau orang tua harus jadi guru juga di rumah. Salah satu yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk anak-anaknya di rumah adalah kurikulum yang tersembunyi yang langsung jadi model link bagi orang tua.
Apakah itu dari aspek pengetahuan orang tua atau kongnitif, aspek moral, efektif dan juga piskomotorik. Atau bisa juga dilakukan dengan cara mendatangkan guru privat, sehingga anak-anak tidak kehilangan ilmunya, moral dan akhlaknya.
“Pendidikan kita harus survive dan harus jalan apapun alasannya, karena jika pendidikan berhenti, maka terhentilah generasi kita kedepannya, generasi yang putus ditengah jalan juga beban bagi sejarah dan bangsa kita yang akan datang,”tutupnya. (red)