Jakarta, Tjakramedia.com – Kanker prostat masih menjadi momok menakutkan bagi kesehatan reproduksi para pria. Terbukti data Globocan di Indonesia tahun 2020, kanker prostat menempati urutan ke-5 jenis kanker yang paling banyak di derita oleh pria
Terlebih, penderita kanker prostat datang dalam kondisi stadium lanjut. Dijelaskan Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U (K), bahwa sangat disayangkan karena sebagian besar pasien didiagnosis ketika sudah pada stadium lanjut. Hal ini karena deteksi dini kasus kanker prostat belum optimal di Indonesia.
“Pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditatalaksana pada stadium dini, ternyata memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai di atas 90 persen. Angka ini akan menurun sampai menjadi 50 persen apabila ditemukan pada stadium lanjut,” tuturnya dalam acara webinar kampanye #Kenaliprostatmu, Senin 6 September 2021.
Deteksi dini kanker prostat
Untuk deteksi dini kanker prostat, dijelaskan dokter spesialis urologi dari Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), PhD., tak semudah melakukannya pada kanker lain, semisal pada payudara. Sebab, kanker prostat tak bisa dideteksi dengan sekadar meraba seperti yang kerap dilakukan untuk mendeteksi kanker di payudara.
“(Prostat) letaknya di dalam, jadi tidak mungkin ada orang tiba-tiba hanya menyentuh tangan, pipi atau organ lain, lalu mengatakan Anda kena prostat. Karena ini di dalam, di bawah kandung kencing, tidak mungkin terlihat dari luar,” ujar Dokter Agus di kesempatan yang sama.
Skrining kanker prostat
Dokter Agus menyebut bahwa deteksi dini pada kanker prostat bisa dilakukan bagi pria berusia di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat pada keluarganya dan pria berusia di atas 50 tahun yang memiliki keluhan gangguan berkemih.
Ada pun cara mendeteksinya dengan PSA atau pemeriksaan darah yang dapat dilakukan setahun sekali bersamaan dengan medical check-up.
“Skrining kanker sebaknya dilakukan setahun sekali, tetapi akan kita evaluasi. Menurut studi ada sebagian orang yang bisa (skrining) 2 tahun sekali, untuk praktisnya sebaiknya setahun sekali bersamaan dengan medical check-up,” tutur Ketua Prostate Awareness Month itu.
Seseorang dikatakan memiliki risiko kanker prostat yang rendah apabila mendapatkan nilai PSA dibawah 4 ng/ml. Risiko terkena kanker prostat akan meningkat seiring dengan peningkatan nilai PSA.
Jenis terapi kanker prostat
Setelah melakukan diagnosa pada pasien, pasien yang terdiagnosa mengidap kanker prostat harus menjalani beberapa terapi tergantung pada stadium apa kanker ini terdiagnosa. Pada kanker prostat stadium rendah dapat dilakukan pemantauan ketat, operasi dan radioterapi.
Untuk kasus kanker prostat stadium lanjut yang terlokalisir akan dilakukan radioterapi pada pasien. Sedangkan untuk kasus kanker prostat yang sudah menyebar, dilakukan terapi Hormonal dan juga kemoterapi.
“Agar menurunkan risiko kanker prostat, masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan pencegahan seperti dengan melakukan diet sehat tinggi buah dan sayuran, memilih makanan sehat dibandingkan supplemen, melakukan olahraga secukupnya, dan menjaga berat badan,” kata dia.
Sumber: viva.co.id